Wednesday, December 29, 2010

Pengaruh Sektor Komunikasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Studi Kasus Jawa Tengah

Pengaruh Sektor Komunikasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Studi Kasus Jawa Tengah
(Tema : Dampak Investasi di Sektor Telekomunikasi Selular Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah)
Oleh: Arya Jodilistyo

Abstraksi
Sektor komunikasi merupakan salah satu sektor yang cukup memberikan pengaruh pada perekonomian, mengingat dengan semakin meningkatnya perekonomian maka masyarakat dituntut untuk lebih dinamis dalam melakukan aktivitas perekonomian. Terkait dengan hal tersebut maka investasi pada sektor ini sangat diperlukan dalam upaya mendorong perekonomian. Dengan menggunakan table input-output, karya tulis ini mencoba menangkap pengaruh sektor Komunikasi dalam perekonomian yang secara riil tercermin dari penyerapan tenaga kerja.


I. PENDAHULUAN
Latar belakang
Salah satu indicator yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan negara atau daerah adalah melalui pertumbuhan ekonomi yang tercermin dari Pendapatan Daerah Bruto (PDB) untuk level nasional atau Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB) untuk level daerah. Dari sisi penawaran (sektoral), indicator tersebut menunjukkan besarnya nilai tambah yang dilakukan oleh para pelaku usaha pada tiap sektor. Sedangkan dari sisi penggunaan, indicator tersebut menunjukkan tingkat konsumsi yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat dan investor serta tingkat ekspor netto di daerah.
Berdasarkan data BPS, sektor ekonomi yang memiliki porsi terbesar dalam perekonomian nasional adalah sektor industri pengolahan (26%) kemudian diikuti dengan sektor perdagangan hotel dan restoran (PHR) dan sektor pertanian yang masing-masing memiliki porsi sebesar 17% dan 14%. Namun berdasarkan laju pertumbuhan secara tahunan (year on year, yoy), sektor PHR dan sektor komunikasi memiliki tingkat pertumbuhan terbesar (15,5%).


Grafik 1. Porsi Produk Domestik Bruto Sektoral (%) Grafik 2. Laju Produk Domestik Bruto Sektoral Harga Konstan 2000 (%)


Sedangkan dari sisi penggunaan, PDB masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang memiliki porsi sebesar 57% dan investasi yang tercermin dari pembentukan modal tetap bruto (PMTB) dengan porsi sebesar 24%. Rata-rata laju pertumbuhan triwulanan investasi merupakan yang terbesar diantara komponen lain, mencapai 4,3%.

Grafik 3. Porsi Produk Domestik Bruto Penggunaan (%) Grafik 4. Laju Produk Domestik Bruto Penggunaan Harga Konstan 2000 (%)

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa tingkat pertumbuhan sektor komunikasi yang relatif tinggi tersebut tidak terlepas dari pengaruh perkembangan tingkat perekonomian masyarakat yang semakin meningkat. Peningkatan perekonomian ini menuntut masyarakat untuk lebih fleksibel, terutama dari sisi transportasi dan komunikasi, dalam melakukan aktivitas ekonomi. Untuk memenuhi kelancaran aktivitas perekonomian masyarakat sebagai bentuk peningkatan perekonomian, dibutuhkan berbagai dukungan dari berbagai pihak, terutama pembangunan dan investasi infrastuktur. Melihat kinerja dan porsi investasi dan sektor komunikasi dalam perekonomian, maka cukup penting untuk mengetahui dampak investasi pada sektor komunikasi bagi pertumbuhan ekonomi.

Rumusan Masalah
Pelaksanaan kebijakan otonomi daerah yang mulai diberlakukan dengan diterbitkannya UU No.22 tahun 1999 memiliki implikasi terhadap kegiatan ekonomi di daerah. Pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu implikasi dari pemberlakuan otonomi daerah tersebut, baik secara jangka menengah maupun panjang. Kebijakan tersebut menjadikan pemerintah daerah memiliki keleluasaan dan kebebasan lebih besar untuk mengatur serta mengelola kegiatan ekonominya, termasuk juga untuk merespon keinginan investasi di wilayahnya.
Untuk menghasilkan suatu kebijakan investasi yang tepat sebagai respon terhadap potensi di daerah, maka diperlukan pemahaman yang cukup memadai terkait dengan karakteristik daerah. Terkait dengan hal tersebut, maka penelitian ini difokuskan untuk mengetahui dampak investasi terhadap perekonomian daerah, khususnya Jawa Tengah. Berdasarkan data BPS tahun 2008, bobot PDRB Jawa Tengah mencapai 8,63% merupakan terbesar ke-empat setelah DKI, Jawa Barat dan Jawa Timur. Relatif besarnya bobot PDRB Jawa Tengah tersebut, menjadi dasar pertimbangan pemilihan provinsi tersebut sebagai objek penelitian.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui hubungan antar sektor ekonomi di Jawa Tengah.
2. Pengaruh sektor komunikasi terhadap perekonomian di Jawa Tengah.

Asumsi dan Batasan Masalah
Beberapa asumsi dan batasan yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
1. Objek penelitian adalah Provinsi Jawa Tengah.
2. Pengolahan data dan analisa sektor komunikasi merupakan satu kesatuan sektor ekonomi secara luas (tidak dipisahkan antara pengangkutan dan komunikasi).
3. Analisa yang dilakukan berdasarkan tabel Input Output Jawa Tengah tahun 2004 yang dipublikasikan oleh BPS.
Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hubungan antara sektor komunikasi dan sektor ekonomi lain di Jawa Tengah.
2. Mengetahui kinerja sektor komunikasi terhadap perekonomian Jawa Tengah, khususnya dari sisi tenaga kerja.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai tambahan wawasan ilmiah penulis dalam penerapan disiplin ilmu yang penulis tekuni.
2. Sebagai penambah, pelengkap, sekaligus pembanding hasil-hasil penelitian yang sudah ada.
3. Sebagai masukan yang bermanfaat bagi pemerintah atau instansi-instansi yang terkait untuk membentuk kebijakan yang lebih baik lagi.

II. TINJAUAN PUSTAKA
Hasil Penelitian Sebelumnya
Pada penelitian mengenai proyeksi pertumbuhan ekonomi di wilayah provinsi Jawa Timur, Santoso, dkk (2001) menggunakan pendekatan fungsi produksi Cobb-Douglas. Dimana output provinsi Jawa Timur adalah fungsi dari jumlah kapital (K) dan jumlah tenaga (L) yang digunakan dalam proses produksi. Variabel tenaga kerja sesuai definisi BPS, variabel perubahan nilai tukar rupiah/dollar AS, dan variabel persetujuan penanaman modal serta variabel kredit perbankan digunakan sebagai variabel proxy. Dengan menggunakan model tersebut, dapat diketahui perkiraan perkembangan PDRB dan sektor unggulan. Selain itu juga dapat mengetahui pengaruh / dampak perubahan perekonomian luar negeri terhadap sektor unggulan di provinsi Jawa Timur.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Suhendra, dkk (2005) dengan menggunakan tabel Input Output provinsi Bali tahun 2000, diketahui bahwa sektor unggulan di provinsi Bali adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR). Hal ini terlihat dari tingginya nilai output sektor tersebut maupun melalui peranan nilai tambah yang dihasilkan. Besaran output merupakan nilai produksi pada sektor PHR dalam menghasilkan barang maupun jasa yang menunjukkan peranan atau sumbangan sektor tersebut dalam pembentukan output Bali secara keseluruhan.
Dengan menggunakan tabel Input Output tahun 2000, penelitian Suhendra. S., 2005 menyimpulkan bahwa sektor pertanian masih lebih kuat terhadap goncangan krisis ekonomi. Hal ini dikarenakan sektor pertanian lebih banyak menggunakan sumber daya domestik dibandingkan dengan sektor industri yang banyak menggantungkan bahan baku impor.
Penelitian lain yang terkait dengan proyeksi PDRB dilakukan oleh Bappeda provinsi Jawa Barat . Dimana proyeksi PDRB menggunakan metode ARIMA dengan asumsi PDRB sebagai fungsi dari waktu dan variabel lain dianggap tetap. Kelemahan dari metode ini antara lain : adanya pengaruh dari kondisi global terhadap PDRB sehingga perlu diperhitungkan serta tidak dapat melihat keterkaitan antar faktor pembentuk PDRB, diperlukan penyempurnaan dengan menggunakan model dinamis.

Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai seluruh produk dan jasa yang diproduksi di wilayah tersebut tanpa memperhatikan apakah faktor produksinya berasal dari wilayah tersebut atau tidak. Pendapatan yang timbul oleh adanya kegiatan produksi tersebut merupakan pendapatan domestik. Sedangkan yang dimaksud dengan wilayah domestik atau region adalah meliputi wilayah yang berada di dalam wilayah geografis region tersebut.
Pada kenyataannya, sebagian faktor produksi dari kegiatan produksi di suatu wilayah berasal dari wilayah lain. Demikian juga sebaliknya, sehingga faktor produksi yang dimiliki wilayah tersebut ikut pula dalam proses produksi di wilayah lain. Dengan demikian, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menunjukkan gambaran “Production Originatea”. Hal ini menyebabkan nilai produksi domestik yang timbul di
suatu wilayah tidak sama dengan pendapatan yang diterima penduduk wilayah tersebut. Dengan adanya arus pendapatan yang mengalir antarwilayah (termasuk dari/ke luar negeri), maka timbul perbedaan antara Produk Domestik dengan Produk Regional. Produk Regional adalah produk domestik ditambah pendapatan dari luar wilayah
dikurangi dengan pendapatan yang dibayarkan ke luar wilayah tersebut. Dengan kata
lain, Produk Regional merupakan produk yang ditimbulkan oleh faktor produksi yang
dimiliki oleh penduduk wilayah tersebut.



Pendekatan PDRB
Dalam penyusunan PDRB, dibedakan menjadi dua pendekatan yaitu :
• Pendekatan Produksi
Adalah PDRB yang disusun melalui pendekatan produksi menjelaskan bagaimana PDRB dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi yang beroperasi di suatu wilayah (region) atau merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di dalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun) atau PDRB demikian itu disebut sebagai PDRB menurut sektor atau biasa disebut pula sebagai PDRB ditinjau dari sisi penyediaan (supply side).
• Pendekatan Pengeluaran atau Penggunaan atau Belanja
Adalah PDRB yang disusun melalui pendekatan pengeluaran yang menjelaskan bagaimana PDRB suatu wilayah (region) digunakan atau dimanfaatkan, baik untuk memenuhi kebutuhan permintaan di dalam wilayah maupun untuk memenuhi kebutuhan di luar wilayah. PDRB demikian itu disebut sebagai PDRB menurut penggunaan (terminologi yang akan digunakan dalam publikasi ini) atau disebut PDRB menurut pengeluaran (Gross Regional Domestic Product by Expenditure), atau biasa juga disebut sebagai PDRB yang ditinjau dari sisi permintaan (demand side).
Metode Penghitungan PDRB
Secara umum, terdapat dua metode penghitungan PDRB yang digunakan, yaitu :
• PDRB atas dasar harga berlaku
PDRB atas dasar harga berlaku adalah jumlah nilai produksi atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai sesuai dengan harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan.
• PDRB atas dasar harga konstan
PDRB atas dasar harga konstan adalah jumlah nilai produksi atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai atas dasar harga tetap (harga pada tahun dasar) yang digunakan selama satu tahun.

Pengertian Tabel Input Output
Tabel Input Output merupakan uraian statistic dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta keterkaitan antar satuan sektor ekonomi dalam suatu wilayah pada suatu periode tertentu. Tabel Input output memberikan gambaran menyeluruh mengenai: 1) struktur perekonomian nasional maupun regional yang mencakup struktur output dan nilai tambah masing – masing sektor, (2) struktur input antara, (3) struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri maupun barang impor, (4) struktur permintaan barang dan jasa, baik permintaan antara oleh sektor produksi maupun permintaan akhir untuk konsumsi, investasi, dan ekspor.

Kegunaan Tabel Input Output
Tabel input output memiliki kegunaan antara lain :
• Memperkirakan dampak permintaan akhir dan perubahannya terhadap perubahan variabel lain.
• Memproyeksi variabel – variabel ekonomi.
• Mengamati komposisi penyediaan dan penggunaan barang atau jasa sehingga mempermudah analisis kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya.
• Menganalisis perubahan harga.
• Mengetahui sektor ekonomi yang mempunyai pengaruh kuat serta tingkat sensitivitas terhadap pertumbuhan ekonomi.
Pengaruh sektor ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi terlihat dari tingkat ketergantungan perekonomian suatu daerah terhadap masing – masing sektor tersebut. Sektor yang memiliki pengaruh kuat disebut juga dengan sektor kunci. Adapun penentuan sektor kunci dilakukan dengan cara, antara lain (Sitorus, 2005) :
(1). Apabila mempunyai kaitan belakang (backward linkage) dan kaitan ke depan (forward linkage) yang relatif tinggi.
(2). Suatu sektor dianggap sebagai sektor kunci apabila menghasilkan output bruto yang relatif tinggi sehingga mampu mempertahankan permintaan akhir (final demand) yang relatif tinggi pula.
(3). Suatu sektor dianggap sebagai sektor kunci apabila mampu menghasilkan penerimaan bersih devisa yang relatif tinggi.
(4). Suatu sektor dianggap sebagai sektor kunci apabila mampu menciptakan lapangan kerja yang relatif tinggi.

Asumsi dan Batasan Input Output
Dalam pembuatan model input output, transaksi – transaksi yang digunakan dalam penyusunan tabel input output harus memenuhi tiga asumsi dasar, yaitu :
• Homogenitas, dimana tiap sektor memproduksi output tunggal dengan struktur input tunggal dan tidak ada substitusi otomatis antar sektor.
• Proporsionalitas, hubungan antara input dan output dalam proses produksi merupakan fungsi linier, dimana jumlah input yang diserap seuatu sektor sebanding dengan perubahan output pada sektor tersebut.
• Aditivitas, merupakan asumsi yang menyebutkan bahwa efek total pelaksanaan produksi di sektor ekonomi dihasilkan oleh masing – masing sektor secara terpisah dan mengabaikan pengaruh di luar sistem input output.

Model Persamaan Input Ouput
Secara umum, tabel Input Output digambarkan sebagai berikut :

Kuadran I
(n x n)
Transaksi antar sektor/kegiatan Kuadran II
(n x m)
Permintaan akhir
Kuadran III
(p x n)
Input primer Kuadran IV
(p x m)
Gambar 2.1 Kerangka Tabel Input Output

Kuadran I disebut juga dengan transaksi antara, menunjukkan distribusi penggunaan barang dan jasa untuk suatu proses produksi dapat berupa bahan baku atau bahan penolong untuk diproses kembali (sektor endogen). Kuadran II, menunjukkan permintaan akhir (final demand) dari barang dan jasa yang bukan untuk proses produksi. Permintaan akhir terdiri dari konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi dan ekspor. Kuadran III merupakan gambaran dari input primer yang merupakan balas jasa faktor produksi yang meliputi upah dan gaji, surplus usaha ditambah penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Kuadran IV menunjukkan input primer yang langsung didistribusikan ke sektor permintaan akhir dimana data pada kuadran IV bukan merupakan tujuan pokok, sehingga sering diabaikan. Sektor II, III dan IV merupakan sektor eksogen.
Dari sisi teknis, tabel Input Output dapat digambarkan sebagai berikut (contoh kasus 3 sektor) :

Alokasi Output Permintaan
Antara Permintaan
Akhir Penyediaan
Struktur Input Sektor Produksi Impor Jumlah
Output
Input Antara
Sektor 1
Sektor 2
Sektor 3 Kuadran I
x11 x12 x13
x21 x22 x23
x31 x32 x33 Kuadran II
F1
F2
F3
M1
M2
M3
X1
X2
X3
Input Primer Kuadran III
V1 V2 V3
Jumlah Input X1 X2 X3











Adapun definisi dari variabel – variabel yang digunakan dalam tabel input output adalah :
1. Output
Merupakan nilai dari seluruh produk yang dihasilkan oleh sektor ekonomi dengan memanfaatkan faktor produksi yang tersedia dalam suatu wilayah pada suatu periode. Untuk sektor yang menghasilkan barang seperti sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, bangunan serta listrik, gas dan air, maka nilai outputnya merupakan hasil kali dari jumlah (kuantitas) yang dihasilkan dengan harga per unit produksi sektor tersebut (output = ∑ produk x harga produk). Sedangkan untuk sektor yang produknya berupa jasa, nilai output dihitung berdasarkan nilai penerimaan atas jasa yang diberikan kepada pihak lain.
2. Input Antara
Merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk barang dan jasa yang digunakan habis untuk proses produksi, seperti bahan baku, bahan penolong, jasa perbankan dan sebagainya.
3. Input Primer
Input atau biaya yang timbul sebagai akibat pemakaian faktor produksi yang terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Input Primer dapat berupa upah / gaji, surplus usaha, penyusutan barang modal dan pajak tidak langsung neto. Nilai input primer akan sama dengan output dikurangi input antara (Input primer = output – input antara).
4. Permintaan Akhir dan Impor
Merupakan permintaan atas barang dan jasa yang digunakan untuk konsumsi akhir, yang terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukkan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor.
Berdasarkan gambar 2.2, diperoleh beberapa hubungan persamaan dari sisi baris sebagai berikut :
...(2.1)
Persamaan 2.1 dapat disederhanakan menjadi :
, dimana i = 1, 2, 3 ...(2.2)
Dimana jumlah permintaan antara + permintaan akhir = jumlah output + impor, atau jumlah permintaan = jumlah penyediaan. Sedangkan persamaan dari sisi kolom adalah :
...(2.3)
Persamaan 2.3 dapat disederhanakan menjadi :
, dimana j = 1, 2, 3 ...(2.4)

Jenis Tabel Input Output
Berdasarkan pembagian kuadran yang terdapat pada tabel input output, dimana kuadran I, II, dan III merupakan tabel dasar yang menggambarkan nilai transaksi barang dan jasa antar sektor ekonomi, maka secara umum tabel input output dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu :
1. Tabel Transaksi Atas Dasar Harga Pembeli
Pada tabel ini, unsur margin perdagangan dan biaya pengangkutan masih tergabung dalam nilai input output sektor yang membeli.
2. Tabel Transaksi Atas Dasar Harga Produsen
Unsur margin perdagangan dan biaya pengangkutan pada tabel ini telah dipisahkan sebagai input dari sektor perdagangan dan pengangkutan.
3. Tabel Transaksi Total (Competitive Import Model)
Menggambarkan nilai transaksi input antara (kuadran I) antar sektor baik dari dalam wilayah maupun impor.
4. Tabel Transaksi Domestik (Non-Competitive Import Model)
Nilai transaksi yang bersifat impor telah dipisahkan dan disajikan sebagai vektor baris tersendiri yang juga menunjukkan rincian barang dan jasa menurut sektor yang menggunakannya

III.METODOLOGI PENELITIAN
Karya tulis ini akan mencoba untuk menganalisis perkembangan perekonomian Jawa Tengah dari perubahan indikator ekonomi khususnya tenaga kerja. Proses analisis yang dilakukan berdasarkan tabel Input Output Jawa Tengah dengan melihat dampak perubahan tenaga kerja yang terjadi terhadap perubahan permintaan akhir dari sisi ekspor sektoral provinsi Jawa Tengah.

Data
Jenis data yang digunakan dalam makalah ini adalah data sekunder dari publikasi BPS yang terbaru. Sumber data dan variabel pengamatan dalam makalah ini adalah :
• Tabel Input Output Provinsi Jawa Tengah tahun 2004.
• Indikator Ekonomi Jawa Tengah Bulan November 2008
Analisis Tabel Input Output
Dengan menggunakan tabel Input Output dan data tenaga kerja akan diperoleh model input output regional yang berguna untuk melihat keterkaitan antar sektor serta menjadi angka pengganda bagi perubahan output, pendapatan dan ketenaga-kerjaan.



Bagan Analisis Tabel Input Output





Matriks Pengganda
Merupakan penjelasan dari dampak yang terjadi terhadap variabel endogen akibat perubahan variabel eksogen. Matriks pengganda pada tabel Input Output digunakan untuk melakukan analisis dampak output, pendapatan, tenaga kerja dan keterkaitan. Perubahan permintaan output, pada awalnya akan berdampak pada jumlah input yang diperlukan yang selanjutnya akan menyebabkan peningkatan penggunaan input. Proses ini berlangsung secara menyeluruh terhadap seluruh kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa yang digunakan secara langsung maupun tidak langsung.
Untuk menghitung matriks pengganda, dilakukan beberapa hal antara lain :
• Menghitung koefisien input, yang dirumuskan :
...(3.1)
Dimana, aij = koefisien input sektor ke “i” oleh sektor ke “j”.
xij = penggunaan input sektor ke “i” oleh sektor ke “j”
Xj = output sektor ke “j”
• Menghitung (I-Ad)
Setelah memperloleh matriks koefisien input (Ad), selanjutnya mengurangi matriks identitas (I) dengan matriks koefisien input (Ad).

Ilustrasi Matriks Identitas 3 Sektor
• Menghitung Matriks Pengganda
Matriks pengganda didefinisikan sebagai matriks kebalikan (inverse) dari (I-Ad).
B = (I-Ad)-1 ...(3.2)

Daya Penyebaran
Daya penyebaran merupakan suatu ukuran untuk melihat keterkaitan ke belakang dari sektor – sektor ekonomi di suatu wilayah (backward linkages). Pada tabel Input Output, hubungan antara output dan permintaan akhir dijabarkan sebagai
X = (I-Ad)-1. Fd dan jika diuraikan dalam matriks menjadi :
...(3.3)

dimana bij = sel matriks kebalikan (I-Ad)-1 pada baris “i” dan kolom “j”
Xi = output sektor “i”
Fid = permintaan akhir sektor “i”
Dari persamaan 2.7, dapat dilihat bahwa perubahan tiap unit Fid akan menimbulkan dampak terhadap perubahan Xi sebesar bij sehingga dapat dirumuskan menjadi :
...(3.4)
dimana rj = jumlah dampak akibat perubahan permintaan akhir sektor “j” terhadap output seluruh sektor ekonomi = jumlah daya penyebaran.
bij = dampak yang terjadi terhadap output sektor “i” akibat perubahan permintaan akhir sektor “j”.
Untuk membandingkan daya penyebaran antar sektor, dapat dilakukan dengan melihat indeks daya penyebaran sektor (αj).
...(3.5)
Apabila nilai αj = 1, maka daya penyebaran sektor “j” sama dengan rata – rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi. Jika nilai αj > 1, menunjukkan daya penyebaran sektor “j” diatas rata – rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi. Sebaliknya jika nilai αj < si =" jumlah"> 1, menunjukkan derajat kepekaan sektor “i” diatas rata – rata derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi. Sebaliknya jika nilai βi <> 1), mencapai 1,056. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu unit output sektor komunikasi akan menyebabkan kenaikan output secara keseluruhan sektor lain dan sektor itu sendiri sebesar 1,056 unit uang. Sedangkan derajat kepekaan (β) sektor komunikasi (7n) mencapai 0,82. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan satu unit uang sektor komunikasi (7n) akan meningkatkan permintaan input tiap sektor termasuk sektor itu sendiri sebesar 0,82 unit uang. Dengan kata lain, untuk memenuhi permintaan tiap satu unit sektor komunikasi (7n), maka sektor lain termasuk sektor komunikasi (7n) akan meningkatkan produksi sebesar 0,82 unit uang.


Tabel 4.7
Indeks Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan Sektor Ekonomi Jawa Tengah

Sumber : Tabel Input Output Jawa Tengah 2004, diolah

Pengaruh Sektor Komunikasi
Dari sisi tenaga kerja, jumlah tenaga kerja pada sektor komunikasi (7n) di Jawa Tengah sebesar 711 ribu orang (tabel 4.8). Dengan jumlah tenaga kerja yang relatif tidak terlalu besar, namun sektor komunikasi (7n) mampu menghasilkan nilai tambah yang cukup besar, mencapai Rp 10,96 miliar. Hal ini menunjukkan dalam penciptaan nilai tambah, sektor komunikasi (7n) cukup efisien dan efektif.
Tabel 4.8
Tenaga Kerja per Sektor Ekonomi Jawa Tengah Bulan Agustus 2008

Sumber : BPS Jawa Tengah, diolah

Berdasarkan nilai koefisien teknologi dari pengolahan tabel Input Output Jawa Tengah dapat diketahui bahwa untuk mengetahui kebutuhan dalam menghasilkan satu unit nilai tambah pada sektor komunikasi (7n) maka dibutuhkan 0,00133 output sektor pertanian (1n), 0,00075 output sektor pertambangan (2n); 0,197 output sektor industri pengolahan (3n); 0,00776 output sektor listrik, gas dan air (4n); 0,01575 output sektor bangunan (5n); 0,0977 output sektor PHR (6n); 0,0593 output sektor komunikasi (7n); 0,015 output sektor keuangan (8n) dan 0,037 output sektor jasa (9n) (table 4.9).
Tabel 4.9
Koefisien Teknologi Sektor Ekonomi Jawa Tengah

Sumber : Tabel Input Output Jawa Tengah 2004, diolah

Besarnya penambahan output sektor komunikasi (7n) terhadap sektor lain dapat dilihat melalui matriks Inverse Leontief atau matriks pengganda output. Peningkatan satu unit permintaan akhir pada sektor komunikasi (7n) akan menciptakan tambahan output terhadap sektor pertanian sebesar 0,051 unit uang, sektor pertambangan (0,079 unit uang), sektor industri pengolahan (0,338 unit uang), sektor listrik, gas dan air (0,0185 unit uang), sektor bangunan (0,0249 unit uang), sektor PHR (0,172 unit uang), sektor komunikasi (1,086 unit uang), sektor keuangan (0,024 unit uang) dan sektor jasa (0,045 unit uang) (table 4.10).

Tabel 4.10
Pengganda Output Sektor Ekonomi Jawa Tengah

Sumber : Tabel Input Output Jawa Tengah 2004, diolah

Hubungan antara nilai output suatu sektor dengan kesempatan kerja dapat diestimasi dan dihitung angka pengganda kesempatan kerja untuk setiap sektor (Miller dan Blair, 1985 ). Angka pengganda kesempatan kerja merupakan efek total dari perubahan lapangan pekerjaan akibat adanya satu unit uang perubahan permintaan akhir di suatu sektor.
Hasil pengolahan jumlah tenaga kerja dan tabel Input Output, dapat diketahui bahwa sektor komunikasi (7n) memiliki angka pengganda tenaga kerja terbesar (0,0686). Hal ini menunjukkan bahwa untuk setiap peningkatan 100 unit permintaan akhir di sektor pertanian, akan meningkatkan lapangan pekerjaan bagi 7 orang dalam perekonomian (tabel 4.11).
Nilai ekspor Jawa Tengah yang mencapai US$ 2,42 juta memberikan pengaruh terhadap peningkatan kesempatan kerja di sektor komunikasi (7n) sebesar 4.611 orang tenaga kerja (table 4.12). Kondisi ini memberikan gambaran bahwa kinerja ekspor cukup memberikan peluang bagi penyerapan tenaga kerja, tidak hanya pada sektor komunikasi namun juga bagi sektor ekonomi lainnya.

Tabel 4.11
Pengganda Tenaga Kerja Sektor Ekonomi Jawa Tengah

Sumber : Data BPS dan Tabel Input Output Jawa Tengah 2004, diolah
Tabel 4.12. Dampak Tenaga Kerja Sektor Ekonomi Jawa Tengah

Sumber : Data BPS dan Tabel Input Output Jawa Tengah 2004, diolah


Kesimpulan
Pertumbuhan sektor komunikasi, khususnya subsektor telekomunikasi di Jawa Tengah yang relatif cepat merupakan salah satu cerminan perekonomian daerah yang semakin meningkat dan dinamis.
Berdasarkan hasil analisis tabel input output, dapat diketahui bahwa perubahan kebutuhan (input) dan peningkatan output pada sektor komunikasi memberikan pengaruh positif bagi sektor ekonomi lain dan penyerapan tenaga kerja, dimana untuk dapat menghasilkan peningkatan output dibutuhkan investasi pada sektor ini.
Optimalisasi sektor komunikasi melalui peningkatan investasi khususnya dalam bentuk layanan dan infrastruktur kiranya sangat diperlukan, mengingat potensi ekonomi masyarakat yang semakin meningkat dan peranan sektor komunikasi dalam perekonomian yang secara riil tercermin pada penyerapan tenaga kerja.

Daftar Pustaka
Anonim, 2000, Kerangka Teoritis dan Analisis Tabel Input-Output, Biro Neraca Produksi dan Biro Neraca Konsumsi Badan Pusat Statistik, Jakarta.
Anonim, 2007, Proyeksi Perekonomian Regional Jawa Barat Tahun 2005-2025, Bappeda Provinsi Jawa Barat.
Firmansyah, 2006, Operasi Matrix dan Analisis Input-Output (I-O) Untuk Ekonomi: Aplikasi Praktis Dengan Microsoft Excel dan Matlab, Laboratorium Studi Kebijakan Ekonomi (LSKE), Fakultas Ekonomi UNDIP, Semarang.
Kuncoro. M., 2004, Modul Input Output, http://mudrajad.com/upload/input-output.pdf
Miller, R., dan Blair, P., 1985, Input Output Analysis : Foundations and Extentions, New Jersey, Prentice-Hall Inc.
Santoso. W., Efrizal, Widiatmaka. P., Wicaksono. H. Y., Setyawan. J., 2001, Model dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jatim,
Setiawan, I., 2008, Peranan Sektor Unggulan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Jawa Timur, Bali, Dan Nusa Tenggara Barat: Pendekatan Input-Output Multiregional, Fakultas Pertanian Universitas Warmadewa, Denpasar-Bali.
Suhendra. S., Sugiharto. T., Oswari. T., 2005, Peranan Sektor Pariwisata Dalam Pertumbuhan Ekonomi Makro Propinsi Bali Dengan Pendekatan Input-Output, http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0112/06/jatim/mode47.htm
Suhendra. S., 2005, Peranan Sektor Pertanian Dalam Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Dengan Pendekatan Input-Output, Proceeding Seminar Nasional PESAT, Auditorium Universitas Gunadarma, Jakarta.

Pengaruh Sektor Komunikasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Studi Kasus Jawa Tengah
(Tema : Dampak Investasi di Sektor Telekomunikasi Selular Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah)
Oleh: Arya Jodilistyo

Abstraksi
Sektor komunikasi merupakan salah satu sektor yang cukup memberikan pengaruh pada perekonomian, mengingat dengan semakin meningkatnya perekonomian maka masyarakat dituntut untuk lebih dinamis dalam melakukan aktivitas perekonomian. Terkait dengan hal tersebut maka investasi pada sektor ini sangat diperlukan dalam upaya mendorong perekonomian. Dengan menggunakan table input-output, karya tulis ini mencoba menangkap pengaruh sektor Komunikasi dalam perekonomian yang secara riil tercermin dari penyerapan tenaga kerja.


I. PENDAHULUAN
Latar belakang
Salah satu indicator yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan negara atau daerah adalah melalui pertumbuhan ekonomi yang tercermin dari Pendapatan Daerah Bruto (PDB) untuk level nasional atau Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB) untuk level daerah. Dari sisi penawaran (sektoral), indicator tersebut menunjukkan besarnya nilai tambah yang dilakukan oleh para pelaku usaha pada tiap sektor. Sedangkan dari sisi penggunaan, indicator tersebut menunjukkan tingkat konsumsi yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat dan investor serta tingkat ekspor netto di daerah.
Berdasarkan data BPS, sektor ekonomi yang memiliki porsi terbesar dalam perekonomian nasional adalah sektor industri pengolahan (26%) kemudian diikuti dengan sektor perdagangan hotel dan restoran (PHR) dan sektor pertanian yang masing-masing memiliki porsi sebesar 17% dan 14%. Namun berdasarkan laju pertumbuhan secara tahunan (year on year, yoy), sektor PHR dan sektor komunikasi memiliki tingkat pertumbuhan terbesar (15,5%).


Grafik 1. Porsi Produk Domestik Bruto Sektoral (%) Grafik 2. Laju Produk Domestik Bruto Sektoral Harga Konstan 2000 (%)


Sedangkan dari sisi penggunaan, PDB masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang memiliki porsi sebesar 57% dan investasi yang tercermin dari pembentukan modal tetap bruto (PMTB) dengan porsi sebesar 24%. Rata-rata laju pertumbuhan triwulanan investasi merupakan yang terbesar diantara komponen lain, mencapai 4,3%.

Grafik 3. Porsi Produk Domestik Bruto Penggunaan (%) Grafik 4. Laju Produk Domestik Bruto Penggunaan Harga Konstan 2000 (%)

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa tingkat pertumbuhan sektor komunikasi yang relatif tinggi tersebut tidak terlepas dari pengaruh perkembangan tingkat perekonomian masyarakat yang semakin meningkat. Peningkatan perekonomian ini menuntut masyarakat untuk lebih fleksibel, terutama dari sisi transportasi dan komunikasi, dalam melakukan aktivitas ekonomi. Untuk memenuhi kelancaran aktivitas perekonomian masyarakat sebagai bentuk peningkatan perekonomian, dibutuhkan berbagai dukungan dari berbagai pihak, terutama pembangunan dan investasi infrastuktur. Melihat kinerja dan porsi investasi dan sektor komunikasi dalam perekonomian, maka cukup penting untuk mengetahui dampak investasi pada sektor komunikasi bagi pertumbuhan ekonomi.

Rumusan Masalah
Pelaksanaan kebijakan otonomi daerah yang mulai diberlakukan dengan diterbitkannya UU No.22 tahun 1999 memiliki implikasi terhadap kegiatan ekonomi di daerah. Pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu implikasi dari pemberlakuan otonomi daerah tersebut, baik secara jangka menengah maupun panjang. Kebijakan tersebut menjadikan pemerintah daerah memiliki keleluasaan dan kebebasan lebih besar untuk mengatur serta mengelola kegiatan ekonominya, termasuk juga untuk merespon keinginan investasi di wilayahnya.
Untuk menghasilkan suatu kebijakan investasi yang tepat sebagai respon terhadap potensi di daerah, maka diperlukan pemahaman yang cukup memadai terkait dengan karakteristik daerah. Terkait dengan hal tersebut, maka penelitian ini difokuskan untuk mengetahui dampak investasi terhadap perekonomian daerah, khususnya Jawa Tengah. Berdasarkan data BPS tahun 2008, bobot PDRB Jawa Tengah mencapai 8,63% merupakan terbesar ke-empat setelah DKI, Jawa Barat dan Jawa Timur. Relatif besarnya bobot PDRB Jawa Tengah tersebut, menjadi dasar pertimbangan pemilihan provinsi tersebut sebagai objek penelitian.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui hubungan antar sektor ekonomi di Jawa Tengah.
2. Pengaruh sektor komunikasi terhadap perekonomian di Jawa Tengah.

Asumsi dan Batasan Masalah
Beberapa asumsi dan batasan yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
1. Objek penelitian adalah Provinsi Jawa Tengah.
2. Pengolahan data dan analisa sektor komunikasi merupakan satu kesatuan sektor ekonomi secara luas (tidak dipisahkan antara pengangkutan dan komunikasi).
3. Analisa yang dilakukan berdasarkan tabel Input Output Jawa Tengah tahun 2004 yang dipublikasikan oleh BPS.
Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hubungan antara sektor komunikasi dan sektor ekonomi lain di Jawa Tengah.
2. Mengetahui kinerja sektor komunikasi terhadap perekonomian Jawa Tengah, khususnya dari sisi tenaga kerja.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai tambahan wawasan ilmiah penulis dalam penerapan disiplin ilmu yang penulis tekuni.
2. Sebagai penambah, pelengkap, sekaligus pembanding hasil-hasil penelitian yang sudah ada.
3. Sebagai masukan yang bermanfaat bagi pemerintah atau instansi-instansi yang terkait untuk membentuk kebijakan yang lebih baik lagi.

II. TINJAUAN PUSTAKA
Hasil Penelitian Sebelumnya
Pada penelitian mengenai proyeksi pertumbuhan ekonomi di wilayah provinsi Jawa Timur, Santoso, dkk (2001) menggunakan pendekatan fungsi produksi Cobb-Douglas. Dimana output provinsi Jawa Timur adalah fungsi dari jumlah kapital (K) dan jumlah tenaga (L) yang digunakan dalam proses produksi. Variabel tenaga kerja sesuai definisi BPS, variabel perubahan nilai tukar rupiah/dollar AS, dan variabel persetujuan penanaman modal serta variabel kredit perbankan digunakan sebagai variabel proxy. Dengan menggunakan model tersebut, dapat diketahui perkiraan perkembangan PDRB dan sektor unggulan. Selain itu juga dapat mengetahui pengaruh / dampak perubahan perekonomian luar negeri terhadap sektor unggulan di provinsi Jawa Timur.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Suhendra, dkk (2005) dengan menggunakan tabel Input Output provinsi Bali tahun 2000, diketahui bahwa sektor unggulan di provinsi Bali adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR). Hal ini terlihat dari tingginya nilai output sektor tersebut maupun melalui peranan nilai tambah yang dihasilkan. Besaran output merupakan nilai produksi pada sektor PHR dalam menghasilkan barang maupun jasa yang menunjukkan peranan atau sumbangan sektor tersebut dalam pembentukan output Bali secara keseluruhan.
Dengan menggunakan tabel Input Output tahun 2000, penelitian Suhendra. S., 2005 menyimpulkan bahwa sektor pertanian masih lebih kuat terhadap goncangan krisis ekonomi. Hal ini dikarenakan sektor pertanian lebih banyak menggunakan sumber daya domestik dibandingkan dengan sektor industri yang banyak menggantungkan bahan baku impor.
Penelitian lain yang terkait dengan proyeksi PDRB dilakukan oleh Bappeda provinsi Jawa Barat . Dimana proyeksi PDRB menggunakan metode ARIMA dengan asumsi PDRB sebagai fungsi dari waktu dan variabel lain dianggap tetap. Kelemahan dari metode ini antara lain : adanya pengaruh dari kondisi global terhadap PDRB sehingga perlu diperhitungkan serta tidak dapat melihat keterkaitan antar faktor pembentuk PDRB, diperlukan penyempurnaan dengan menggunakan model dinamis.

Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai seluruh produk dan jasa yang diproduksi di wilayah tersebut tanpa memperhatikan apakah faktor produksinya berasal dari wilayah tersebut atau tidak. Pendapatan yang timbul oleh adanya kegiatan produksi tersebut merupakan pendapatan domestik. Sedangkan yang dimaksud dengan wilayah domestik atau region adalah meliputi wilayah yang berada di dalam wilayah geografis region tersebut.
Pada kenyataannya, sebagian faktor produksi dari kegiatan produksi di suatu wilayah berasal dari wilayah lain. Demikian juga sebaliknya, sehingga faktor produksi yang dimiliki wilayah tersebut ikut pula dalam proses produksi di wilayah lain. Dengan demikian, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menunjukkan gambaran “Production Originatea”. Hal ini menyebabkan nilai produksi domestik yang timbul di
suatu wilayah tidak sama dengan pendapatan yang diterima penduduk wilayah tersebut. Dengan adanya arus pendapatan yang mengalir antarwilayah (termasuk dari/ke luar negeri), maka timbul perbedaan antara Produk Domestik dengan Produk Regional. Produk Regional adalah produk domestik ditambah pendapatan dari luar wilayah
dikurangi dengan pendapatan yang dibayarkan ke luar wilayah tersebut. Dengan kata
lain, Produk Regional merupakan produk yang ditimbulkan oleh faktor produksi yang
dimiliki oleh penduduk wilayah tersebut.



Pendekatan PDRB
Dalam penyusunan PDRB, dibedakan menjadi dua pendekatan yaitu :
• Pendekatan Produksi
Adalah PDRB yang disusun melalui pendekatan produksi menjelaskan bagaimana PDRB dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi yang beroperasi di suatu wilayah (region) atau merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di dalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun) atau PDRB demikian itu disebut sebagai PDRB menurut sektor atau biasa disebut pula sebagai PDRB ditinjau dari sisi penyediaan (supply side).
• Pendekatan Pengeluaran atau Penggunaan atau Belanja
Adalah PDRB yang disusun melalui pendekatan pengeluaran yang menjelaskan bagaimana PDRB suatu wilayah (region) digunakan atau dimanfaatkan, baik untuk memenuhi kebutuhan permintaan di dalam wilayah maupun untuk memenuhi kebutuhan di luar wilayah. PDRB demikian itu disebut sebagai PDRB menurut penggunaan (terminologi yang akan digunakan dalam publikasi ini) atau disebut PDRB menurut pengeluaran (Gross Regional Domestic Product by Expenditure), atau biasa juga disebut sebagai PDRB yang ditinjau dari sisi permintaan (demand side).
Metode Penghitungan PDRB
Secara umum, terdapat dua metode penghitungan PDRB yang digunakan, yaitu :
• PDRB atas dasar harga berlaku
PDRB atas dasar harga berlaku adalah jumlah nilai produksi atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai sesuai dengan harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan.
• PDRB atas dasar harga konstan
PDRB atas dasar harga konstan adalah jumlah nilai produksi atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai atas dasar harga tetap (harga pada tahun dasar) yang digunakan selama satu tahun.

Pengertian Tabel Input Output
Tabel Input Output merupakan uraian statistic dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta keterkaitan antar satuan sektor ekonomi dalam suatu wilayah pada suatu periode tertentu. Tabel Input output memberikan gambaran menyeluruh mengenai: 1) struktur perekonomian nasional maupun regional yang mencakup struktur output dan nilai tambah masing – masing sektor, (2) struktur input antara, (3) struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri maupun barang impor, (4) struktur permintaan barang dan jasa, baik permintaan antara oleh sektor produksi maupun permintaan akhir untuk konsumsi, investasi, dan ekspor.

Kegunaan Tabel Input Output
Tabel input output memiliki kegunaan antara lain :
• Memperkirakan dampak permintaan akhir dan perubahannya terhadap perubahan variabel lain.
• Memproyeksi variabel – variabel ekonomi.
• Mengamati komposisi penyediaan dan penggunaan barang atau jasa sehingga mempermudah analisis kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya.
• Menganalisis perubahan harga.
• Mengetahui sektor ekonomi yang mempunyai pengaruh kuat serta tingkat sensitivitas terhadap pertumbuhan ekonomi.
Pengaruh sektor ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi terlihat dari tingkat ketergantungan perekonomian suatu daerah terhadap masing – masing sektor tersebut. Sektor yang memiliki pengaruh kuat disebut juga dengan sektor kunci. Adapun penentuan sektor kunci dilakukan dengan cara, antara lain (Sitorus, 2005) :
(1). Apabila mempunyai kaitan belakang (backward linkage) dan kaitan ke depan (forward linkage) yang relatif tinggi.
(2). Suatu sektor dianggap sebagai sektor kunci apabila menghasilkan output bruto yang relatif tinggi sehingga mampu mempertahankan permintaan akhir (final demand) yang relatif tinggi pula.
(3). Suatu sektor dianggap sebagai sektor kunci apabila mampu menghasilkan penerimaan bersih devisa yang relatif tinggi.
(4). Suatu sektor dianggap sebagai sektor kunci apabila mampu menciptakan lapangan kerja yang relatif tinggi.

Asumsi dan Batasan Input Output
Dalam pembuatan model input output, transaksi – transaksi yang digunakan dalam penyusunan tabel input output harus memenuhi tiga asumsi dasar, yaitu :
• Homogenitas, dimana tiap sektor memproduksi output tunggal dengan struktur input tunggal dan tidak ada substitusi otomatis antar sektor.
• Proporsionalitas, hubungan antara input dan output dalam proses produksi merupakan fungsi linier, dimana jumlah input yang diserap seuatu sektor sebanding dengan perubahan output pada sektor tersebut.
• Aditivitas, merupakan asumsi yang menyebutkan bahwa efek total pelaksanaan produksi di sektor ekonomi dihasilkan oleh masing – masing sektor secara terpisah dan mengabaikan pengaruh di luar sistem input output.

Model Persamaan Input Ouput
Secara umum, tabel Input Output digambarkan sebagai berikut :

Kuadran I
(n x n)
Transaksi antar sektor/kegiatan Kuadran II
(n x m)
Permintaan akhir
Kuadran III
(p x n)
Input primer Kuadran IV
(p x m)
Gambar 2.1 Kerangka Tabel Input Output

Kuadran I disebut juga dengan transaksi antara, menunjukkan distribusi penggunaan barang dan jasa untuk suatu proses produksi dapat berupa bahan baku atau bahan penolong untuk diproses kembali (sektor endogen). Kuadran II, menunjukkan permintaan akhir (final demand) dari barang dan jasa yang bukan untuk proses produksi. Permintaan akhir terdiri dari konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi dan ekspor. Kuadran III merupakan gambaran dari input primer yang merupakan balas jasa faktor produksi yang meliputi upah dan gaji, surplus usaha ditambah penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Kuadran IV menunjukkan input primer yang langsung didistribusikan ke sektor permintaan akhir dimana data pada kuadran IV bukan merupakan tujuan pokok, sehingga sering diabaikan. Sektor II, III dan IV merupakan sektor eksogen.
Dari sisi teknis, tabel Input Output dapat digambarkan sebagai berikut (contoh kasus 3 sektor) :

Alokasi Output Permintaan
Antara Permintaan
Akhir Penyediaan
Struktur Input Sektor Produksi Impor Jumlah
Output
Input Antara
Sektor 1
Sektor 2
Sektor 3 Kuadran I
x11 x12 x13
x21 x22 x23
x31 x32 x33 Kuadran II
F1
F2
F3
M1
M2
M3
X1
X2
X3
Input Primer Kuadran III
V1 V2 V3
Jumlah Input X1 X2 X3











Adapun definisi dari variabel – variabel yang digunakan dalam tabel input output adalah :
1. Output
Merupakan nilai dari seluruh produk yang dihasilkan oleh sektor ekonomi dengan memanfaatkan faktor produksi yang tersedia dalam suatu wilayah pada suatu periode. Untuk sektor yang menghasilkan barang seperti sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, bangunan serta listrik, gas dan air, maka nilai outputnya merupakan hasil kali dari jumlah (kuantitas) yang dihasilkan dengan harga per unit produksi sektor tersebut (output = ∑ produk x harga produk). Sedangkan untuk sektor yang produknya berupa jasa, nilai output dihitung berdasarkan nilai penerimaan atas jasa yang diberikan kepada pihak lain.
2. Input Antara
Merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk barang dan jasa yang digunakan habis untuk proses produksi, seperti bahan baku, bahan penolong, jasa perbankan dan sebagainya.
3. Input Primer
Input atau biaya yang timbul sebagai akibat pemakaian faktor produksi yang terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Input Primer dapat berupa upah / gaji, surplus usaha, penyusutan barang modal dan pajak tidak langsung neto. Nilai input primer akan sama dengan output dikurangi input antara (Input primer = output – input antara).
4. Permintaan Akhir dan Impor
Merupakan permintaan atas barang dan jasa yang digunakan untuk konsumsi akhir, yang terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukkan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor.
Berdasarkan gambar 2.2, diperoleh beberapa hubungan persamaan dari sisi baris sebagai berikut :
...(2.1)
Persamaan 2.1 dapat disederhanakan menjadi :
, dimana i = 1, 2, 3 ...(2.2)
Dimana jumlah permintaan antara + permintaan akhir = jumlah output + impor, atau jumlah permintaan = jumlah penyediaan. Sedangkan persamaan dari sisi kolom adalah :
...(2.3)
Persamaan 2.3 dapat disederhanakan menjadi :
, dimana j = 1, 2, 3 ...(2.4)

Jenis Tabel Input Output
Berdasarkan pembagian kuadran yang terdapat pada tabel input output, dimana kuadran I, II, dan III merupakan tabel dasar yang menggambarkan nilai transaksi barang dan jasa antar sektor ekonomi, maka secara umum tabel input output dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu :
1. Tabel Transaksi Atas Dasar Harga Pembeli
Pada tabel ini, unsur margin perdagangan dan biaya pengangkutan masih tergabung dalam nilai input output sektor yang membeli.
2. Tabel Transaksi Atas Dasar Harga Produsen
Unsur margin perdagangan dan biaya pengangkutan pada tabel ini telah dipisahkan sebagai input dari sektor perdagangan dan pengangkutan.
3. Tabel Transaksi Total (Competitive Import Model)
Menggambarkan nilai transaksi input antara (kuadran I) antar sektor baik dari dalam wilayah maupun impor.
4. Tabel Transaksi Domestik (Non-Competitive Import Model)
Nilai transaksi yang bersifat impor telah dipisahkan dan disajikan sebagai vektor baris tersendiri yang juga menunjukkan rincian barang dan jasa menurut sektor yang menggunakannya

III.METODOLOGI PENELITIAN
Karya tulis ini akan mencoba untuk menganalisis perkembangan perekonomian Jawa Tengah dari perubahan indikator ekonomi khususnya tenaga kerja. Proses analisis yang dilakukan berdasarkan tabel Input Output Jawa Tengah dengan melihat dampak perubahan tenaga kerja yang terjadi terhadap perubahan permintaan akhir dari sisi ekspor sektoral provinsi Jawa Tengah.

Data
Jenis data yang digunakan dalam makalah ini adalah data sekunder dari publikasi BPS yang terbaru. Sumber data dan variabel pengamatan dalam makalah ini adalah :
• Tabel Input Output Provinsi Jawa Tengah tahun 2004.
• Indikator Ekonomi Jawa Tengah Bulan November 2008
Analisis Tabel Input Output
Dengan menggunakan tabel Input Output dan data tenaga kerja akan diperoleh model input output regional yang berguna untuk melihat keterkaitan antar sektor serta menjadi angka pengganda bagi perubahan output, pendapatan dan ketenaga-kerjaan.



Bagan Analisis Tabel Input Output





Matriks Pengganda
Merupakan penjelasan dari dampak yang terjadi terhadap variabel endogen akibat perubahan variabel eksogen. Matriks pengganda pada tabel Input Output digunakan untuk melakukan analisis dampak output, pendapatan, tenaga kerja dan keterkaitan. Perubahan permintaan output, pada awalnya akan berdampak pada jumlah input yang diperlukan yang selanjutnya akan menyebabkan peningkatan penggunaan input. Proses ini berlangsung secara menyeluruh terhadap seluruh kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa yang digunakan secara langsung maupun tidak langsung.
Untuk menghitung matriks pengganda, dilakukan beberapa hal antara lain :
• Menghitung koefisien input, yang dirumuskan :
...(3.1)
Dimana, aij = koefisien input sektor ke “i” oleh sektor ke “j”.
xij = penggunaan input sektor ke “i” oleh sektor ke “j”
Xj = output sektor ke “j”
• Menghitung (I-Ad)
Setelah memperloleh matriks koefisien input (Ad), selanjutnya mengurangi matriks identitas (I) dengan matriks koefisien input (Ad).

Ilustrasi Matriks Identitas 3 Sektor
• Menghitung Matriks Pengganda
Matriks pengganda didefinisikan sebagai matriks kebalikan (inverse) dari (I-Ad).
B = (I-Ad)-1 ...(3.2)

Daya Penyebaran
Daya penyebaran merupakan suatu ukuran untuk melihat keterkaitan ke belakang dari sektor – sektor ekonomi di suatu wilayah (backward linkages). Pada tabel Input Output, hubungan antara output dan permintaan akhir dijabarkan sebagai
X = (I-Ad)-1. Fd dan jika diuraikan dalam matriks menjadi :
...(3.3)

dimana bij = sel matriks kebalikan (I-Ad)-1 pada baris “i” dan kolom “j”
Xi = output sektor “i”
Fid = permintaan akhir sektor “i”
Dari persamaan 2.7, dapat dilihat bahwa perubahan tiap unit Fid akan menimbulkan dampak terhadap perubahan Xi sebesar bij sehingga dapat dirumuskan menjadi :
...(3.4)
dimana rj = jumlah dampak akibat perubahan permintaan akhir sektor “j” terhadap output seluruh sektor ekonomi = jumlah daya penyebaran.
bij = dampak yang terjadi terhadap output sektor “i” akibat perubahan permintaan akhir sektor “j”.
Untuk membandingkan daya penyebaran antar sektor, dapat dilakukan dengan melihat indeks daya penyebaran sektor (αj).
...(3.5)
Apabila nilai αj = 1, maka daya penyebaran sektor “j” sama dengan rata – rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi. Jika nilai αj > 1, menunjukkan daya penyebaran sektor “j” diatas rata – rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi. Sebaliknya jika nilai αj < si =" jumlah"> 1, menunjukkan derajat kepekaan sektor “i” diatas rata – rata derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi. Sebaliknya jika nilai βi <> 1), mencapai 1,056. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu unit output sektor komunikasi akan menyebabkan kenaikan output secara keseluruhan sektor lain dan sektor itu sendiri sebesar 1,056 unit uang. Sedangkan derajat kepekaan (β) sektor komunikasi (7n) mencapai 0,82. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan satu unit uang sektor komunikasi (7n) akan meningkatkan permintaan input tiap sektor termasuk sektor itu sendiri sebesar 0,82 unit uang. Dengan kata lain, untuk memenuhi permintaan tiap satu unit sektor komunikasi (7n), maka sektor lain termasuk sektor komunikasi (7n) akan meningkatkan produksi sebesar 0,82 unit uang.


Tabel 4.7
Indeks Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan Sektor Ekonomi Jawa Tengah

Sumber : Tabel Input Output Jawa Tengah 2004, diolah

Pengaruh Sektor Komunikasi
Dari sisi tenaga kerja, jumlah tenaga kerja pada sektor komunikasi (7n) di Jawa Tengah sebesar 711 ribu orang (tabel 4.8). Dengan jumlah tenaga kerja yang relatif tidak terlalu besar, namun sektor komunikasi (7n) mampu menghasilkan nilai tambah yang cukup besar, mencapai Rp 10,96 miliar. Hal ini menunjukkan dalam penciptaan nilai tambah, sektor komunikasi (7n) cukup efisien dan efektif.
Tabel 4.8
Tenaga Kerja per Sektor Ekonomi Jawa Tengah Bulan Agustus 2008

Sumber : BPS Jawa Tengah, diolah

Berdasarkan nilai koefisien teknologi dari pengolahan tabel Input Output Jawa Tengah dapat diketahui bahwa untuk mengetahui kebutuhan dalam menghasilkan satu unit nilai tambah pada sektor komunikasi (7n) maka dibutuhkan 0,00133 output sektor pertanian (1n), 0,00075 output sektor pertambangan (2n); 0,197 output sektor industri pengolahan (3n); 0,00776 output sektor listrik, gas dan air (4n); 0,01575 output sektor bangunan (5n); 0,0977 output sektor PHR (6n); 0,0593 output sektor komunikasi (7n); 0,015 output sektor keuangan (8n) dan 0,037 output sektor jasa (9n) (table 4.9).
Tabel 4.9
Koefisien Teknologi Sektor Ekonomi Jawa Tengah

Sumber : Tabel Input Output Jawa Tengah 2004, diolah

Besarnya penambahan output sektor komunikasi (7n) terhadap sektor lain dapat dilihat melalui matriks Inverse Leontief atau matriks pengganda output. Peningkatan satu unit permintaan akhir pada sektor komunikasi (7n) akan menciptakan tambahan output terhadap sektor pertanian sebesar 0,051 unit uang, sektor pertambangan (0,079 unit uang), sektor industri pengolahan (0,338 unit uang), sektor listrik, gas dan air (0,0185 unit uang), sektor bangunan (0,0249 unit uang), sektor PHR (0,172 unit uang), sektor komunikasi (1,086 unit uang), sektor keuangan (0,024 unit uang) dan sektor jasa (0,045 unit uang) (table 4.10).

Tabel 4.10
Pengganda Output Sektor Ekonomi Jawa Tengah

Sumber : Tabel Input Output Jawa Tengah 2004, diolah

Hubungan antara nilai output suatu sektor dengan kesempatan kerja dapat diestimasi dan dihitung angka pengganda kesempatan kerja untuk setiap sektor (Miller dan Blair, 1985 ). Angka pengganda kesempatan kerja merupakan efek total dari perubahan lapangan pekerjaan akibat adanya satu unit uang perubahan permintaan akhir di suatu sektor.
Hasil pengolahan jumlah tenaga kerja dan tabel Input Output, dapat diketahui bahwa sektor komunikasi (7n) memiliki angka pengganda tenaga kerja terbesar (0,0686). Hal ini menunjukkan bahwa untuk setiap peningkatan 100 unit permintaan akhir di sektor pertanian, akan meningkatkan lapangan pekerjaan bagi 7 orang dalam perekonomian (tabel 4.11).
Nilai ekspor Jawa Tengah yang mencapai US$ 2,42 juta memberikan pengaruh terhadap peningkatan kesempatan kerja di sektor komunikasi (7n) sebesar 4.611 orang tenaga kerja (table 4.12). Kondisi ini memberikan gambaran bahwa kinerja ekspor cukup memberikan peluang bagi penyerapan tenaga kerja, tidak hanya pada sektor komunikasi namun juga bagi sektor ekonomi lainnya.

Tabel 4.11
Pengganda Tenaga Kerja Sektor Ekonomi Jawa Tengah

Sumber : Data BPS dan Tabel Input Output Jawa Tengah 2004, diolah
Tabel 4.12. Dampak Tenaga Kerja Sektor Ekonomi Jawa Tengah

Sumber : Data BPS dan Tabel Input Output Jawa Tengah 2004, diolah


Kesimpulan
Pertumbuhan sektor komunikasi, khususnya subsektor telekomunikasi di Jawa Tengah yang relatif cepat merupakan salah satu cerminan perekonomian daerah yang semakin meningkat dan dinamis.
Berdasarkan hasil analisis tabel input output, dapat diketahui bahwa perubahan kebutuhan (input) dan peningkatan output pada sektor komunikasi memberikan pengaruh positif bagi sektor ekonomi lain dan penyerapan tenaga kerja, dimana untuk dapat menghasilkan peningkatan output dibutuhkan investasi pada sektor ini.
Optimalisasi sektor komunikasi melalui peningkatan investasi khususnya dalam bentuk layanan dan infrastruktur kiranya sangat diperlukan, mengingat potensi ekonomi masyarakat yang semakin meningkat dan peranan sektor komunikasi dalam perekonomian yang secara riil tercermin pada penyerapan tenaga kerja.

Daftar Pustaka
Anonim, 2000, Kerangka Teoritis dan Analisis Tabel Input-Output, Biro Neraca Produksi dan Biro Neraca Konsumsi Badan Pusat Statistik, Jakarta.
Anonim, 2007, Proyeksi Perekonomian Regional Jawa Barat Tahun 2005-2025, Bappeda Provinsi Jawa Barat.
Firmansyah, 2006, Operasi Matrix dan Analisis Input-Output (I-O) Untuk Ekonomi: Aplikasi Praktis Dengan Microsoft Excel dan Matlab, Laboratorium Studi Kebijakan Ekonomi (LSKE), Fakultas Ekonomi UNDIP, Semarang.
Kuncoro. M., 2004, Modul Input Output, http://mudrajad.com/upload/input-output.pdf
Miller, R., dan Blair, P., 1985, Input Output Analysis : Foundations and Extentions, New Jersey, Prentice-Hall Inc.
Santoso. W., Efrizal, Widiatmaka. P., Wicaksono. H. Y., Setyawan. J., 2001, Model dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jatim,
Setiawan, I., 2008, Peranan Sektor Unggulan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Jawa Timur, Bali, Dan Nusa Tenggara Barat: Pendekatan Input-Output Multiregional, Fakultas Pertanian Universitas Warmadewa, Denpasar-Bali.
Suhendra. S., Sugiharto. T., Oswari. T., 2005, Peranan Sektor Pariwisata Dalam Pertumbuhan Ekonomi Makro Propinsi Bali Dengan Pendekatan Input-Output, http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0112/06/jatim/mode47.htm
Suhendra. S., 2005, Peranan Sektor Pertanian Dalam Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Dengan Pendekatan Input-Output, Proceeding Seminar Nasional PESAT, Auditorium Universitas Gunadarma, Jakarta.

Read More ..